Makna 14 Mei bagi Bangsa Indonesia
Oleh Almuzzammil Yusuf
Anggota Komisi I DPPRI, FPKS
Ketua Departemen Polhankam DPP PKS
Pada bulan ini tepatnya tanggal 14, bangsa Palestina memperingati 60 tahun berada di bawah pendudukan bangsa Israel dengan dukungan Amerika Serikat. Ada beberapa pelajaran yang dapat bangsa ini ambil atas kemampuan bangsa Palestina bertahan di hadapan kekuatan hegemoni kekuasaan adi daya dunia. Maksud tulisan ini memberikan analisis atas satu pertanyaan besar mengapa bangsa Palestina dapat bertahan di bawah hegemoni Israel dengan dukungan finansial, militer dan politik dari Amerika Serikat.
Apa yang bangsa Palestina alami pada tanggal 14 Mei 1948? Pada tanggal itu, Israel memproklamirkan berdirinya negara Israel di atas tanah bangsa Palestina ketika Inggris mengakhiri mandatnya di Palestina. PM Israel Pertama Ben Gurion menyatakan perang kemerdekaan untuk merebut tanah Israel di luar kesepakatan Konferensi Perdamaian Versailes 1919.
Bangsa Palestina memperingati kemerdekaan Israel di atas tanah air mereka sebagai peristiwa Nakbah (prahara). Sebanyak 2 juta rakyat Palestina diusir dari tanah kelahirannya. Setelah peristiwa Nakbah itu, bangsa Palestina berada di bawah kekuasaan pendudukan Israel. Setelah pengusiran itu ada kontrak sosial di antara rakyat Palestina bahwa mereka tidak akan meninggalkan tanah airnya apapun keadaannya. Mereka memegang kunci rumah di Palestina walaupun hidup di pengasingan.
Selama di bawah pendudukan Israel, ada satu fenomena menarik bahwa bangsa Palestina dapat bertahan dalam segala kekurangan. Berdasarkan data Kantor Berita Palestina Wafa, tingkat buta huruf di Palestina paling rendah di dunia. Pada tahun 2006, sekitar 6.5% jumlah buta huruf di Palestina sementara sebanyak 35.6% di banyak negara lain di seluruh dunia. Pada periode 2005-2006, ada 2200 sekolah dasar dan menengah dan 24 perguruan tinggi dengan 1.217.113 siswa. Jumlah penduduk di daerah penduduk sekitar 3 juta orang.
Keberhasilan pendidikan mereka terlihat pada peristiwa perubuhan tembok Rafah yang memisahkan Palestina dan Mesir. Penduduk Palestina tidak melakukan penjarahan di kota Rafah, Mesir. Mereka memasuki wilayah Mesir hanya untuk membeli makanan dan bahan bakar minyak yang mereka perlukan. Pada saat itu, Israel melakukan blokade atas Jalur Gaza dan kebijakan pendudukan Israel ini menyebabkan rakyat Palestina kekurangan makanan, obat-obatan dan BBM. Terlihat pendidikan berhasil mencetak orang-orang yang bermoral dan memiliki integritas diri.
Kemudian, bangsa Palestina mampu melawan kedigdayaan dan hegemoni Israel dengan mengobarkan Intifadhah (kebangkitan). Pada awal gerakan itu, salah satu petinggi Israel menyatakan gerakan bangsa Palestina itu dapat dikikis habis dalam waktu satu bulan saja. Pada kenyataan, gerakan Intifadhah dapat bertahan hingga sekarang. Gerakan ini mengantarkan Hamas sebagai pemenang pemilu legislatif tahun 2006 lalu.
Di lain pihak, masalah Palestina ini membuka mata dunia dan kita sendiri bahwa Amerika Serikat melaksanakan kebijakan double standards. Negeri Paman Sam ini dianggap sebagai jawara demokrasi dunia. Rakyat dan bangsa Amerika sangat merasakan sistem demokrasi yang mereka bangun selama 232 tahun. Pertarungan politik di Amerika Serikat sekarang ini banyak mendapatkan decak kagum di seluruh dunia.
Di lain pihak, Amerika Serikat menerapkan kebijakan double standards dan pendudukan atas bangsa-bangsa lain. Dukungan penuh Amerika Serikat atas kebijakan pendudukan Israel dapat menjadi isyarat penting. Bantuan Amerika Serikat ke Israel mencapai US$ 770 juta tahun 2001, sekitar US$ 630 juta tahun 2002, sebesar US$ 862 juta tahun 2003, US$1,3 milyar tahun 2004, US$2,8 milyar tahun 2005.
Kemudian, pendudukan Amerika Serikat atas Irak, pendirian penjara di Guantanamo dan Abu Ghuraib menjadikan catatan buram demokrasi negara adi daya tersebut. Kita juga harus berhati-hati dalam kasus Namru-2 karena bisa jadi lembaga itu menjadi lembaga intelijen Amerika Serikat. Dapat disimpulkan kebijakan double standards Amerika Serikat akan diterapkan di semua negara di seluruh dunia.
Kedigdayaan militer Israel yang terbesar keempat di dunia dapat dikalahkan. Militer Israel hingga kini tidak dapat menduduki wilayah Jalur Gaza. Bahkan pada operasi militer Israel tahun 2005, gerakan Intifadhah berhasil mengusir tentara Israel keluar dari wilayah itu. Gerakan Intifadhah berhasil mematahkan operasi intelijen Israel Mossad atas rencana pembunuhan yang gagal terhadap Kepala Biro Politik Hamas Khalid Mishal di kota Amman, Jordania. Bahkan sebuah organisasi masyarakat bernama Hizbullah berhasil mematahkan operasi militer besar-besaran Israel ke Lebanon pada tahun 2006.
Oleh karena itu, kebangkitan bangsa Palestina melawan pendudukan Israel juga dapat menjadi pelajaran bagi kita dalam memasuki 100 tahun kebangkitan nasional. Keberhasilan pendidikan, komitmen perjuangan dan menjunjung tinggi moral perjuangan adalah modal awal bagi kebangkitan bangsa Palestina. Hal ini dapat menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia untuk terus berjuang melawan kemiskinan, korupsi dan ketidakadilan dalam segala bidang.
COMMENTS